Istriku, ijinkan aku marah padamu, karena aku mencintaimu
Istriku, aku marah padamu jika kau tidak shalat di awal waktu, karena aku cinta padamu
Istriku, aku marah padamu jika bacaan al-Quranmu kurang dari target harianmu, karena aku cinta padamu
Istriku, aku marah padamu jika kau tidak basahi bibirmu dengan doa-doa pagi sore sebagai wiridmu, karena aku cinta padamu
Istriku, aku marah padamu jika malam harimu tidak kau isi dengan tahajud, bersimpuh kepada Tuhan yang turun ke langit dunia untuk mengabulkan doa-doa hambaNya, karena aku cinta padamu
Istriku, aku marah padamu jika kau tidak memulai harimu dengan sedekah dan berbuat baik kepada sesama, karena aku cinta padamu
Istriku, aku marah padamu jika kau tidak bisa bersilaturahmi dengan ibumu yang sudah renta meski via telepon sekali atau dua kali seminggu, karena aku cinta padamu
Istriku, aku marah padamu jika kau pada hari itu tidak sempat menambah ilmu dengan mendengar ceramah atau membaca buku, karena aku cinta padamu
Istriku, aku marah padamu jika kau terlena bercengkerama berlama-lama dengan saudara atau kawan lama, tanpa faedah dan guna, seolah buang-buang waktu saja, karena aku cinta padamu
Istriku, aku marah padamu jika kau melanggar syariat Tuhanmu
Istriku, aku marah padamu jika kau lengah dari berbekal untuk akhiratmu
Istriku, aku marah padamu bukan karena aku lebih shaleh darimu, tapi agar aku lebih termotivasi mentaati perintah Tuhanku
Istriku, aku marah dan menegurmu karena Tuhanku memerintahkanku, “Jagalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka” Maka aku ingatkan diriku dan dirimu dari siksa NerakaNya, karena aku cinta padamu
Istriku, aku marah padamu karena aku tidak ingin mencintaimu hanya di dunia ini saja, tapi aku mau kita tetap bisa bersama memadu cinta hingga di Surga.
Ainul Haris
Sukolilo, Surabaya, 25 Muharrom 1442H/13 September 2020.