Beranda » Arsip Tag:Penista agama

Arsip Tag:Penista agama

Fenomena Penistaan Agama

🔥 Fenomena penistaan agama

✍ Kejadian penistaan agama merupakan sejarah yang berulang disetiap zaman, sejak Allah turunkan Wahyu kepada para Rasul-Nya.
Allah mengabarkan keberadaan Rasul sebelum Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم,

وَلَقَدِ ٱسۡتُهۡزِئَ بِرُسُلࣲ مِّن قَبۡلِكَ فَحَاقَ بِٱلَّذِینَ سَخِرُوا۟ مِنۡهُم مَّا كَانُوا۟ بِهِۦ یَسۡتَهۡزِءُونَ

“Dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa rasul sebelum kamu, maka turunlah kepada orang-orang yang mencemoohkan di antara mereka balasan (azab) olok-olokan mereka.” [Surat Al-An’am: 10]

Menghina agama, sebuah sifat tercela yang melekat pada orang kafir dan munafik serta para penentang Nabi, sehingga Allah mencela dan mengkafirkan pemilik sifat ini serta menyebut mereka dengan sebutan mujrimîn (orang-orang berdosa).

إِنَّ الَّذِينَ أَجْرَمُوا كَانُوا مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا يَضْحَكُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang dahulunya (di dunia) menertawakan orang-orang yang beriman. [Al-Muthaffifîn: 29]

Karena itu Allah melarang keras orang-orang yang beriman untuk duduk bersanding bersama mereka. Allah berfirman,

وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّىٰ يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ ۚ وَإِمَّا يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلَا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَىٰ مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ

Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (maka larangan ini), janganlah kamu duduk bersama orang. orang yang zhalim itu sesudah teringat (akan larangan itu).” [Al-An’am: 68]

Berkata Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili,
Yang dimaksud dengan memperolok-olok ayat Allah adalah berbicara dengan berdasarkan sesuatu yang menyelisihi kebenaran, mempercantik ucapan-ucapan yang batil, menyerukan kepadanya, memuji para pengusungnya, berpaling dari kebenaran, mencelanya dan mencela para pengikutnya; maka Allah memerintahkan RasulNya sebagai teladan dan umatnya sebagai pengikut bahwa jika mereka melihat orang-orang yang demikian agar berpaling dari mereka dengan tidak menghadiri majlis-majlis mereka yang batil dan terus menerus bersikap demikian sampai inti pembicaraan dan pembahasan mereka berpindah topik. Jika berpindah topik, maka larangan itu pun terangkat, dan jika mengandung kemaslahatan, maka ia diperintahkan. Jika selain itu maka ia tidak bermanfaat dan tidak diperintahkan.

Larangan berbicara dengan batil mengandung anjuran untuk belajar dan mengkaji serta berdialog dalam kebenaran.

Kemudian Dia berfirman, “ dan jika setan menjadikan kamu lupa akan larangan ini.” Yakni kamu duduk bersama mereka karena lupa dan lalai, “ maka janganlah kamu dudu, bersama orang-orang yang zhalim itu sesudah teringat larangan itu,” meliputi orang-orang yang menenggelamkan diri dengan kebathilan, dan semua orang yang berbicara dengan yang di haramkan atau melakukan perbautan yang di haramkan. Haram hukum yang hadir pada kemungkaran yang mana dia tidak mampu mengingkarinya.

Larangan dan pengharaman ini adalah bagi orang yang duduk bersama mereka dan dia tidak menggunakan takwa kepada Allah, dalam menjalani kehidupan yang man dia mengikuti mereka dalam ucapan dan perbuatan yang haram atau mendiamkan mereka dan mendiamkan kemungkaran.

Jika dia menggunakan takwa kepada Allah dengan memerintahkan kebaikan kepada mereka dan melarang mereka dari keburukan serta pembicaraan berasal dari mereka, sehingga hilanglah atau menipislah keburukan, maka tidak mengapa dan tidak ada dosa bagi orang ini. (Tafsir Al-Wajiz, Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili)

Orang-orang kafir dan munafik tidak pernah senang jika tersebar kebaikan diantara manusia. Mereka selalu berbuat onar untuk mengacaukan ketentraman orang-orang yang beriman. Mereka menyebarkan cemohan-cemohan untuk kebaikan orang yang beriman, dengan tujuan mereka supaya orang-orang beriman merasa terhina dengan kebaikan yang mereka lakukan dalam agamanya.

Allah menyampaikan sifat mereka diantaranya dalam firman-nya,

الَّذِينَ يَلْمِزُونَ الْمُطَّوِّعِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فِي الصَّدَقَاتِ وَالَّذِينَ لَا يَجِدُونَ إِلَّا جُهْدَهُمْ فَيَسْخَرُونَ مِنْهُمْ ۙ سَخِرَ اللَّهُ مِنْهُمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

(orang-orang munafik) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang Mu’min yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allâh akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih. [At-Taubah: 79]

Namun demikian, banyak kaum Muslimin yang tidak tahu bahwa mencela agama Islam dengan segala bentuknya, baik dengan perkataan maupun perbuatan, sungguh-sungguh maupun hanya sekedar bersenda gurau, bisa membatalkan keislamannya.

Bahkan mereka ikut latah dengan perbuatan orang-orang kafir dan munafik dalam menyebarkan pelecehan terhadap agama.

Padahal Allah telah memperingatkan dengan keras atas perbuatan ini, yang bahkan menjadikan pelakunya bisa kafir.
Allah berfirman,

ﻭَﻟَﺌِﻦ ﺳَﺄَﻟْﺘَﻬُﻢْ ﻟَﻴَﻘُﻮﻟُﻦَّ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻛُﻨَّﺎ ﻧَﺨُﻮﺽُ ﻭَﻧَﻠْﻌَﺐُ ۚ ﻗُﻞْ ﺃَﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺁﻳَﺎﺗِﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮﻟِﻪِ ﻛُﻨﺘُﻢْ ﺗَﺴْﺘَﻬْﺰِﺋُﻮﻥَ ﻟَﺎ ﺗَﻌْﺘَﺬِﺭُﻭﺍ ﻗَﺪْ ﻛَﻔَﺮْﺗُﻢ ﺑَﻌْﺪَ ﺇِﻳﻤَﺎﻧِﻜُﻢْ

Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab: “Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman…” [At Taubah : 65-66]

Syaikh Abdurrahman As-Sa’di رحمه الله berkata,
Bahwa hukumnya memperolok-olok Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya sangat berat yaitu bisa keluar dari agama Islam.

‏ فإن الاستهزاء باللّه وآياته ورسوله كفر مخرج عن الدين لأن أصل الدين مبني على تعظيم اللّه، وتعظيم دينه ورسله

Mengolok-olok dalam agama, ayat Al-Quran dan Rasul-Nya termasuk kekafiran yang bisa mengeluarkam dari Islam, karena agama ini dibangun di atas pengagungan kepada Allah, agama dan Rasul-Nya.”(Taisir Karimir Rahman, Syaikh As-Sa’di)

Akibat dari ketidahtahuan ini dan masa bodoh ini menjadikan ungkapan celaan ini sering terdengar. Jika perkataan buruk itu terlontar dari mulut orang kafir, meski sangat menyakitkan hati kita, tapi itu tidak mengherankan, karena mereka jelas-jelas kafir, tidak beriman dengan agama Islam.

Yang perlu kita tanyakan dan menjadi bahan evaluasi kita adalah mengapa mereka berani menghina agama Islam dihadapan kaum Muslimin? Mengapa penghinaan itu terkadang juga terlontar dari mulut orang-orang yang mengaku beriman? Padahal Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَرَى بِهَا بَأْسًا يَهْوِي بِهَا فِي النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفًا

Sungguh seorang berbicara satu kalimat yang ia pandang biasa saja, membuatnya masuk ke neraka tujuh puluh tahun.” [HR. Ahmad, Ibnu Mâjah dan Ibnu Hibân dan dishahihkan al-Albâni dalam Shahih Ibnu Hibbân dan Shahih Ibnu Mâjah no. 3970]. (Artikel Ust. Kholid Syamhudi, Lc)

Semoga bermanfaat

🍃Abu Yusuf Masruhin Sahal, Lc✏📚✒.🔥