Beranda » Arsip Tag:Penghina rasul

Arsip Tag:Penghina rasul

BUMI MENOLAK JENAZAH PENGHINA NABI MUHAMMAD ﷺ

 

BUMI MENOLAK JENAZAH PENGHINA NABI MUHAMMAD ﷺ

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Sahabat yang Mulia Anas bin Malik radhiyallahu’anhu menceritakan,

كانَ رَجُلٌ نَصْرَانِيًّا فأسْلَمَ، وقَرَأَ البَقَرَةَ وآلَ عِمْرَانَ، فَكانَ يَكْتُبُ للنبيِّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، فَعَادَ نَصْرَانِيًّا، فَكانَ يقولُ: ما يَدْرِي مُحَمَّدٌ إلَّا ما كَتَبْتُ له فأمَاتَهُ اللَّهُ فَدَفَنُوهُ، فأصْبَحَ وقدْ لَفَظَتْهُ الأرْضُ، فَقالوا: هذا فِعْلُ مُحَمَّدٍ وأَصْحَابِهِ لَمَّا هَرَبَ منهمْ، نَبَشُوا عن صَاحِبِنَا فألْقَوْهُ، فَحَفَرُوا له فأعْمَقُوا، فأصْبَحَ وقدْ لَفَظَتْهُ الأرْضُ، فَقالوا: هذا فِعْلُ مُحَمَّدٍ وأَصْحَابِهِ، نَبَشُوا عن صَاحِبِنَا لَمَّا هَرَبَ منهمْ فألْقَوْهُ، فَحَفَرُوا له وأَعْمَقُوا له في الأرْضِ ما اسْتَطَاعُوا، فأصْبَحَ وقدْ لَفَظَتْهُ الأرْضُ، فَعَلِمُوا: أنَّه ليسَ مِنَ النَّاسِ، فألْقَوْهُ

“Dahulu ada seorang nasrani masuk Islam, ia pun membaca surat Al-Baqorah dan Ali Imron, ia juga menulis untuk Nabi ﷺ, namun ia kembali murtad menjadi nasrani, lalu ia berkata: ‘Muhammad tidak tahu apa-apa kecuali yang aku tuliskan untuknya’.

Maka Allah pun mematikannya, lalu mereka menguburnya, maka masuklah waktu pagi dan sungguh orang itu telah dimuntahkan kembali oleh bumi sehingga keluar dari kuburannya.

Mereka pun berkata: ‘Ini pasti ulah Muhammad dan para sahabatnya, karena ia lari meninggalkan Islam maka mereka menggali kuburan teman kita dan melemparnya keluar’.

Maka mereka pun menggali kuburannya lebih dalam lalu menguburnya, tatkala masuk waktu pagi, tubuhnya kembali dimuntahkan oleh bumi hingga keluar dari kuburnya.

Mereka kembali berkata: ‘Ini pasti ulah Muhammad dan para sahabatnya, karena ia lari meninggalkan Islam maka mereka menggali kuburan teman kita dan melemparnya keluar’.

Maka mereka kembali menggali bumi lebih dalam semampu mereka, namun saat masuk waktu pagi, bumi kembali memuntahkan tubuhnya.

Mereka pun menyadari, ini bukan perbuatan manusia (melainkan azab Allah), maka mereka melempar tubuhnya.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]

Syaikhul Islam Ahmad bin Abdul Halim Al-Harani rahimahullah berkata,

فهذا الملعونُ الذي افترى على النبي صلى اللهُ عليه وسلم أنه ما كان يدري إلا ما كتب له ؛ قصمهُ اللهُ وفضحهُ بأن أخرجهُ من القبرِ بعد أن دُفن مراراً ، وهذا أمرٌ خارجٌ عن العادةِ ، يدلُ كلّ أحدٍ على أن هذا عقوبة لما قالهُ ، وأنه كان كاذباً ، إذ كان عامةُ الموتى لا يصيبهم مثل هذا ، وأن هذا الجُرمَ أعظمُ من مجرد الارتداد ، إذ كان عامةُ المرتدين يموتون ولا يصيبهم مثل هذا ، وأن اللهَ منتقمٌ لرسولهِ صلى اللهُ عليه وسلم ممن طعن عليه وسبهُ ، ومظهرٌ لدينه ، ولكذبِ الكاذبِ إذا لم يمكن للناسِ أن يقيموا عليه الحد

“Orang terlaknat ini yang berdusta atas Nabi ﷺ bahwa beliau tidak mengetahui kecuali yang ia tuliskan, maka Allah membinasakannya dan memperlihatkan kejelekannya, yaitu dengan mengeluarkannya dari kubur setelah dikebumikan beberapa kali.

Dan ini adalah peristiwa yang luar biasa, yang mengingatkan setiap orang bahwa ini adalah azab akibat ucapannya, dan bahwa ia telah berdusta, karena tidak ada mayyit yang mengalami seperti apa yang menimpanya.

Dan bahwa dosa yang ia lakukan lebih besar dari sekedar murtad, karena umumnya orang yang murtad saat mati, tidak mengalami seperti apa yang menimpanya.

Dan bahwa Allah ‘azza wa jalla membalas untuk Rasulullah ﷺ, yaitu kepada orang yang menuduh jelek dan mencaci beliau, dan Allah ‘azza wa jalla memenangkan agama beliau.

Dan Allah menghukum pendusta itu karena kedustaannya, ketika kaum muslimin tidak dapat menegakkan hukum atasnya.” [Ash-Shorimul Maslul, hal. 233]

 

Kehancuran para Penghina Rasûlullâh 

🔥 Kehancuran para penghina Rasûlullâh

✍️ Lagi ramai dan panas, penghinaan kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم di negeri Perancis. Fenomena semacam ini adalah pengulangan sejarah yang telah berlalu selama ini. Hanya kemasan dan bentuknya saja berbeda, namun hakikatnya sama yaitu pelecehan musuh-musuh Allah kepada Rasulullah.

Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم adalah orang yang paling mulia akhlaknya, dan Allah telah memujinya dan mengabadikan pujiannya tersebut dalam Al-Qur’an,

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِیمࣲ

“Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur”.
[Surat Al-Qalam: 4]

Sungguh tidak akan pernah pantas, manusia yang dipuji Allah dalam Al-Qur’an untuk dihinakan.

Mencintai Rasulullah صلى الله عليه وسلم merupakan salah satu bukti keimanan seorang Muslim kepada Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم,

والذي نفسي بيده لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من والده وولده.

Demi Allah Yang nyawaku berada di tangan-Nya. Salah seorang di antara kalian tidak beriman sehingga aku lebih ia cintai daripada bapaknya dan anaknya sendiri,” (HR. Bukhari, 14).

Semakin kuat keimanan seseorang, niscaya semakin kuat pula rasa cintanya terhadap Rasulullah, manusia termulia sepanjang zaman.

Menghina atau menistakan Nabi merupakan akhlak para musuh Allah dan menjadi akhlak orang kafir dan munafiqin. Allah berfirman,

إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ ٱلۡأَبۡتَرُ

“Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.”
[Surat Al-Kautsar : 3]

Asbabun nuzul ayat ini, diantaranya surat ini turun berkenaan dengan Ash bin Wail. Dia menghina Rasulullah sebagai abtar (terputus) karena putra beliau meninggal sehingga nasabnya terputus. Lalu Allah menurunkan surat ini memberitakan bahwa Ash bin Wail yang telah memusuhi Rasulullah itulah yang abtar.

Peristiwa itu terjadi di Makkah sehingga menjadi hujjah bahwa surat ini merupakan surat Makkiyah.

(Lubaabun Nuqul fi Nuzulul Qur’an”, Imam Suyuthi)

Berkata Imam Ibnu Katsir رحمه الله,
Yakni sesungguhnya orang yang membencimu, hai Muhammad, dan benci kepada petunjuk, kebenaran, bukti yang jelas, dan cahaya terang yang kamu sampaikan; dialah yang terputus lagi terhina, direndahkan dan terputus sebutannya.

Ka’b ibnul Asyraf (pemimpin Yahudi Yatsrib) datang ke Mekah, maka orang-orang Quraisy berkata kepadanya, “Engkau adalah pemimpin mereka. Tidakkah engkau melihat kepada lelaki yang terusir lagi terputus dari kaumnya itu (maksudnya Nabi)? Dia mengira bahwa dirinya lebih baik daripada kami, padahal kami adalah ahli (pelayan) jemaah firman Allah subhanahu wa ta’ala:

Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu, dialah yang terputus.
(QS. Al-Kausar : 3)

Padalah tidaklah demikianlah kenyataannya, bahkan sebenarnya Allah mengekalkan sebutan Nabi صلى الله عليه وسلم di hadapan para saksi dan mewajibkan syariat yang dibawanya di atas pundak hamba-hamba-Nya, yang akan terus berlangsung selamanya sampai hari mereka dihimpunkan untuk mendapat pembalasan.
(Tafsir Al-Qur’an Al-Adhim, Ibnu Katsir)

Berkata Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di,

{ إِنَّ شَانِئَكَ }

Sesungguhnya orang-orang yang membencimu karena membawa risalah dari tuhanmu,

{ هُوَ الْأَبْتَرُ }

dia terputus dari segala kebaikan, namanya tidak disebutkan untuk kebaikan, dan tidak juga dipuji karena kebaikan, urusanmu dengan mereka terputus.

Sedangkan Nabi صلى الله عليه وسلم telah ditinggikan penyebutannya baik ketika beliau masih hidup maupun setelah beliau meninggal dunia, bahkan sampai hari kiamat nama beliau akan terus ditinggikan, oleh karenanya tidak pernah putus dalam pendengaran kita ketika disebut nama Allah pasti nama bleiau disebut setelahnya, baik itu ketika azan dikumandangkan, atau dalam iqomah, dan saat khutbah dibacakan, dan ketika kita shalat pun nama beliau terus disebut bersaamaan dengan nama Allah, Allah berfirman :

{ وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ }

(Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu) [ Asy Syarh : 4 ] .

Beberapa riwayat yang menjelaskan sebab turunnya ayat ini : Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Syamr bin ‘Athiyyah bahwa ‘Uqbah bin Abi Mu’aith berkata: “Tidak ada seorang pun anak laki-laki Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم yang hidup hingga keturunannya terputus.” Ayat ke 3 ini turun sebagai bantahan terhadap ucapan itu.

Dan diriwayatkan oleh Ibnul Mundzir yang bersumber dari Ibnu Juraij bahwa ketika Ibrahim putra Rasulullah wafat, kaum Quraisy berkata, “Sekarang Muhammad menjadi abtar (terputus keturunannya).”

Hal ini menyebabkan Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم bersedih hati. Maka turunlah ayat ini (al-Kautsar 1-3) sebagai penghibur baginya.
(Taisir Karim Ar-Rahman, Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di)

📌 Faedah ayat

Telah berlalu sepanjang zaman, bahwa sesungguhnya orang yang benci kepada Rasulullah adalah orang yang terputus dari setiap kebaikan, yang terlupakan, yang apabila namanya disebut maka yang teringat darinya hanyalah keburukannya.

Surat ini juga merupakan mukjizat yang menjadi bukti kebenaran Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Bahwa siapapun yang membenci Rasulullah, dia akan terputus dari kebaikan dan rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di dunia, mereka terputus dari rahmat Allah dan terputus dari keturunannya, sedangkan di akhirat kelak mereka tidak bisa minum dari telaga kautsar.

Wallahu a’lam

🍃Abu Yusuf Masruhin Sahal, Lc✏️📚✒️.💧..