💫 Perumpamaan orang yang nyinyirin kebenaran
✍ Sudah menjadi ayat kauniyah sejarah para Nabi dan Rasul yang selalu berhadapan dengan para penentangnya karena ajaran Tauhid yang Haq yang mereka sampaikan.
وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا ۚ وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ ۖ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).
Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.”
(Al-An’am: 112)
Demikian pula yang dialami oleh para Da’i penyeru kebenaran dan kebaikan setelah mereka tentang adanya hambatan dan tantangan dari para musuh dan penentang dakwah sepanjang masa.
Hambatan dan tantangan dakwah tersebut hadir dalam bentuknya yang beraneka ragam, dinamis, kreatif dan represif. Strategi, metode dan teknologi yang mereka pakai untuk mengahadang dakwah selalu inovatif dan canggih, sehingga banyak mengukir sejarah manusia tentang pertarungan antara hak dan batil.
Bila dilihat dari strategi permusuhan kebatilan terhadap dakwah, maka dapat diklasisfikasikan jenis-jenis strategi penentangan dakwah sampai saat ini.
وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا مِّنَ الْمُجْرِمِينَ ۗ وَكَفَىٰ بِرَبِّكَ هَادِيًا وَنَصِيرًا
“Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa. Dan cukuplah Tuhanmu menjadi Pemberi petunjuk dan Penolong.”
(Al-furqon: 31)
Menjadi orang baik (shalih) itu mudah, tapi menjadi orang yang memperbaiki (muslih) itu sulit.
Karena orang yang melakukan perbaikan, apapun itu, pasti akan banyak yang memusuhinya.
Allah memberikan perumpamaan yang sangat bagus sekali dalam menggambarkan nyinyirnta para penentang kebenaran dalam firman-nya,
وَٱتۡلُ عَلَیۡهِمۡ نَبَأَ ٱلَّذِیۤ ءَاتَیۡنَـٰهُ ءَایَـٰتِنَا فَٱنسَلَخَ مِنۡهَا فَأَتۡبَعَهُ ٱلشَّیۡطَـٰنُ فَكَانَ مِنَ ٱلۡغَاوِینَ
وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَٰكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ ۚ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِن تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَث ۚ ذَّٰلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا ۚ فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.
Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.” (Al-A’raf: 175-176)
Berkata Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili,
Allah berfirman kepada nabiNya ”dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah kami berikan kepadanya ayat-ayat kami (pengetahuan tentang) isi al-kitab” yakni kami mengajarkan kepadanya ilmu tentang kitab Allah hingga dia menjadi seorang alim besar dan cendekiawan yang mumpuni tetapi dia berlepas diri darinya dan diikuti oleh setan, yakni dia melepaskan diri dari kriteria hakiki seorang ulama yang mengetahui tentang ayat-ayat Allah karena ilmu tentang itu seharusnya dapat mengantarkan pemiliknya menjadi orang yang menjunjung tinggi sifat kemuliaan akhlak dan keshalihan amal, dia menapaki derajat dan kedudukan tinggi dan mulia. Akan tetapi orang ini membuang kitab Allah dibelakang punggungnya mencampakkan akhlak dan keshalihan amal, dia menapaki derajat dan kedudukan tinggi dan mulia. Akan tetapi orang ini membuang kitab Allah di belakang punggungnya, mencampakkan akhlak yang diperintahkan oleh kitab ia melepasnya seperti melepas pakaian, maka ketika dia berlepas darinya setanpun mengikutinya, yakni setan menguasainya manakala dia keluar dari benteng kokoh dan terjerembab ke dalam derajat terendah maka setan menendangnya kepada kemaksiatan. ”maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat” padahal sebelumnya dia adalah orang yang lurus dan meluruskan.
Ini karena Allah membiarkannya dan menyandarkannya kepada dirinya sendiri. oleh Karena itu Allah berfirman ”dan kalu kami menghendaki sesungguhnya kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu” dengan memberinya taufik untuk mengamalkannya, sehingga derajatnya terangkat di dunia dan akhirat dan terlindungi dari musuh musuhnya “tetapi dia” melakukan sesuatu yang menyebabkan kehinaan, dia cenderung kepada dunia, yakni kepada hawa nafsu rendahan dan tujuan duniawi ”dan menurutkan hawa nafsu” serta tidak menaati Rabbnya “maka perumpamaannya” dalam perkara kesungguhannya kepada dunia dan terfokusnya hati kepadanya ”seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga)” yakni dia selalu menjulurkan lidahnya, sementara orang ini selalu berusaha dengan sungguh-sungguh sepenuh hatinya agar kebutuhannya tidak terhalangi oleh dunia sedikitpun ”demikian itulah perumpamaan orang orang yang mendustakan ayat-ayat kami” setelah Allah menjelaskannya kepada mereka tetapi mereka tidak tunduk kepadanya justru mereka mendustakannya dan menolaknya karena tidak berartinya Allah bagi mereka dan hawa nafsu yang mereka ikuti tanpa petunjuk dari Allah “maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir” tentang perumpamaan yang dibuat, mengambil pelajaran dari ayat-ayat, jika mereka berpikir maka mereka mengetahui jika mereka mengetahui maka mereka akan beramal.
(Tafsir Al-Wajiz, Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili)
📌 Faedah ayat.
Allah menyuruh Rasulullah untuk membacakan kejadian Bani Israil tentang kisah salah seorang dari mereka yang diberi oleh Allah pengetahuan tentang ayat-ayat-Nya kemudian ia mengetahuinya dan memahaminya maksudnya dengan benar, tetapi ia tidak mau mengamalkannya, bahkan ia meninggalkannya dan melepaskan diri darinya. Yaitu seorang ulama yang bernama Bal’am bin Hauri.
Lalu setan merangkul dirinya dan menjadi kawannya. Maka ia pun menjadi orang yang sesat dan celaka setelah sebelumnya ia tergolong orang-orang yang mengikuti petunjuk dan selamat.
Dan kisah perjalanan seorang ulama penentang dakwah para Nabi dan Rasul pada Bani Israil menjadi ibroh yang berharga bagi ummat ini.
Keberadaan para penentang dakwah itu selalu ada, dan yang paling berbahaya adalah orang-orang yang diberi pemahaman ilmu tapi ilmunya bukan untuk membela kebenaran, tapi justru untuk menghancurkan dakwah dan menyesatkan ummat.
Wallahu a’lam.
🍃 Abu Yusuf Masruhin Sahal, Lc ✏📚✒.💧