🔥 Kehancuran para penghina Rasûlullâh
✍️ Lagi ramai dan panas, penghinaan kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم di negeri Perancis. Fenomena semacam ini adalah pengulangan sejarah yang telah berlalu selama ini. Hanya kemasan dan bentuknya saja berbeda, namun hakikatnya sama yaitu pelecehan musuh-musuh Allah kepada Rasulullah.
Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم adalah orang yang paling mulia akhlaknya, dan Allah telah memujinya dan mengabadikan pujiannya tersebut dalam Al-Qur’an,
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِیمࣲ
“Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur”.
[Surat Al-Qalam: 4]
Sungguh tidak akan pernah pantas, manusia yang dipuji Allah dalam Al-Qur’an untuk dihinakan.
Mencintai Rasulullah صلى الله عليه وسلم merupakan salah satu bukti keimanan seorang Muslim kepada Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم,
والذي نفسي بيده لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من والده وولده.
“Demi Allah Yang nyawaku berada di tangan-Nya. Salah seorang di antara kalian tidak beriman sehingga aku lebih ia cintai daripada bapaknya dan anaknya sendiri,” (HR. Bukhari, 14).
Semakin kuat keimanan seseorang, niscaya semakin kuat pula rasa cintanya terhadap Rasulullah, manusia termulia sepanjang zaman.
Menghina atau menistakan Nabi merupakan akhlak para musuh Allah dan menjadi akhlak orang kafir dan munafiqin. Allah berfirman,
إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ ٱلۡأَبۡتَرُ
“Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.”
[Surat Al-Kautsar : 3]
Asbabun nuzul ayat ini, diantaranya surat ini turun berkenaan dengan Ash bin Wail. Dia menghina Rasulullah sebagai abtar (terputus) karena putra beliau meninggal sehingga nasabnya terputus. Lalu Allah menurunkan surat ini memberitakan bahwa Ash bin Wail yang telah memusuhi Rasulullah itulah yang abtar.
Peristiwa itu terjadi di Makkah sehingga menjadi hujjah bahwa surat ini merupakan surat Makkiyah.
(Lubaabun Nuqul fi Nuzulul Qur’an”, Imam Suyuthi)
Berkata Imam Ibnu Katsir رحمه الله,
Yakni sesungguhnya orang yang membencimu, hai Muhammad, dan benci kepada petunjuk, kebenaran, bukti yang jelas, dan cahaya terang yang kamu sampaikan; dialah yang terputus lagi terhina, direndahkan dan terputus sebutannya.
Ka’b ibnul Asyraf (pemimpin Yahudi Yatsrib) datang ke Mekah, maka orang-orang Quraisy berkata kepadanya, “Engkau adalah pemimpin mereka. Tidakkah engkau melihat kepada lelaki yang terusir lagi terputus dari kaumnya itu (maksudnya Nabi)? Dia mengira bahwa dirinya lebih baik daripada kami, padahal kami adalah ahli (pelayan) jemaah firman Allah subhanahu wa ta’ala:
Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu, dialah yang terputus.
(QS. Al-Kausar : 3)
Padalah tidaklah demikianlah kenyataannya, bahkan sebenarnya Allah mengekalkan sebutan Nabi صلى الله عليه وسلم di hadapan para saksi dan mewajibkan syariat yang dibawanya di atas pundak hamba-hamba-Nya, yang akan terus berlangsung selamanya sampai hari mereka dihimpunkan untuk mendapat pembalasan.
(Tafsir Al-Qur’an Al-Adhim, Ibnu Katsir)
Berkata Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di,
{ إِنَّ شَانِئَكَ }
Sesungguhnya orang-orang yang membencimu karena membawa risalah dari tuhanmu,
{ هُوَ الْأَبْتَرُ }
dia terputus dari segala kebaikan, namanya tidak disebutkan untuk kebaikan, dan tidak juga dipuji karena kebaikan, urusanmu dengan mereka terputus.
Sedangkan Nabi صلى الله عليه وسلم telah ditinggikan penyebutannya baik ketika beliau masih hidup maupun setelah beliau meninggal dunia, bahkan sampai hari kiamat nama beliau akan terus ditinggikan, oleh karenanya tidak pernah putus dalam pendengaran kita ketika disebut nama Allah pasti nama bleiau disebut setelahnya, baik itu ketika azan dikumandangkan, atau dalam iqomah, dan saat khutbah dibacakan, dan ketika kita shalat pun nama beliau terus disebut bersaamaan dengan nama Allah, Allah berfirman :
{ وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ }
(Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu) [ Asy Syarh : 4 ] .
Beberapa riwayat yang menjelaskan sebab turunnya ayat ini : Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Syamr bin ‘Athiyyah bahwa ‘Uqbah bin Abi Mu’aith berkata: “Tidak ada seorang pun anak laki-laki Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم yang hidup hingga keturunannya terputus.” Ayat ke 3 ini turun sebagai bantahan terhadap ucapan itu.
Dan diriwayatkan oleh Ibnul Mundzir yang bersumber dari Ibnu Juraij bahwa ketika Ibrahim putra Rasulullah wafat, kaum Quraisy berkata, “Sekarang Muhammad menjadi abtar (terputus keturunannya).”
Hal ini menyebabkan Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم bersedih hati. Maka turunlah ayat ini (al-Kautsar 1-3) sebagai penghibur baginya.
(Taisir Karim Ar-Rahman, Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di)
📌 Faedah ayat
Telah berlalu sepanjang zaman, bahwa sesungguhnya orang yang benci kepada Rasulullah adalah orang yang terputus dari setiap kebaikan, yang terlupakan, yang apabila namanya disebut maka yang teringat darinya hanyalah keburukannya.
Surat ini juga merupakan mukjizat yang menjadi bukti kebenaran Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Bahwa siapapun yang membenci Rasulullah, dia akan terputus dari kebaikan dan rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di dunia, mereka terputus dari rahmat Allah dan terputus dari keturunannya, sedangkan di akhirat kelak mereka tidak bisa minum dari telaga kautsar.
Wallahu a’lam
🍃Abu Yusuf Masruhin Sahal, Lc✏️📚✒️.💧..