Allah berfirman,
فَاطِرُ ٱلسَّمَـٰوَ ٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ جَعَلَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَ ٰجࣰا وَمِنَ ٱلۡأَنۡعَـٰمِ أَزۡوَ ٰجࣰا یَذۡرَؤُكُمۡ فِیهِۚ لَیۡسَ كَمِثۡلِهِۦ شَیۡءࣱۖ وَهُوَ ٱلسَّمِیعُ ٱلۡبَصِیرُ.
“(Dia Allah) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat.”
[Surat Asy-Syura: 11]
Berkata Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi رحمه الله,
Dengan kekuasaan-Nya, kehendak-Nya dan kebijaksanaan-Nya. Sehingga kamu merasakan ketenangan dengannya dan memperoleh keturunan dan memperoleh manfaat.
Ada yang menafsirkan dengan Dia menjadikan Hawa’ dari tulang rusuk Adam. Ada jantan dan ada betina. Itu semua karena kamu, yakni untuk melimpahkan nikmat kepadamu. Yakni tidak ada sesuatu pun dari makhluk-Nya yang serupa dan sama dengan-Nya baik dengan zat-Nya, nama-nama-Nya, sifat-Nya, maupun perbuatan-Nya.
Hal itu, karena semua nama-Nya paling indah dan sifat-Nya adalah sifat sempurna dan agung. Sedangkan perbuatan-Nya, maka dengannya Dia mengadakan makhluk-makhluk yang besar tanpa ada yang ikut serta dengan-Nya. Oleh karena itu, tidak ada yang serupa dengan-Nya karena sendirinya Dia dengan kesempurnaan dari segala sisi.
Ayat ini merupakan bantahan kepada kaum Musyabbihah yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya. Sedangkan lanjutan ayatnya, yaitu وهو السميع العليم (Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat) merupakan bantahan terhadap kaum Mu’aththilah (yang meniadakan sifat bagi Allah).
Ahlussunnah pertengahan antara kaum musyabbihah dan kaum mu’aththilah, mereka menetapkan sifat bagi Allah seperti yang disebutkan Allah dalam kitab-Nya dan disebutkan Rasul dalam sunnah-Nya, namun mereka tidak menyamakan sifat tesebut dengan sifat makhluk-Nya.
Dia mendengar semua suara dengan beragam bahasa serta bermacam-macam kebutuhan. Dia melihat rayapan semut yang hitam di malam yang gelap di atas batu yang keras. Dia juga melihat bagaimana makanan mengalir kepada makhluk-makhluk kecil serta mengalirnya air di dahan-dahan yang tipis.
Jika yang paling kecil saja dan yang tersembunyi Dia mengetahuinya lalu bagaimana dengan yang besar dan jelas.
(An-Nafahat Al-Makkiyah, Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi)
Ahlussunah sepakat bahwa Allah memiliki sifat yang sempurna dan maha tinggi. Jika serupa dalam maknanya, namun tidak ada yang serupa dengan keadaan dari sifat makhluknya sedikit pun.
Para Ulama Salaf telah mengingatkan, bahayanya menyerupakan sifat Allah dengan sifat makhluknya, dan mereka diancam dengan kekafiran.
قال أبو حنيفة رحمه الله:
ومن وصف الله تعالى بمعنى من معاني البشر فقد كفر.
العقيدة الطحاوية بتعليق الألباني ص25. (Ilmway.com)
Berkata Imam Abu Hanifah رحمه الله,
Barangsiapa yang men-sifati Allah dengan makna diantara makna-makna (sifat) manusia sungguh dia telah kafir.
Al-Aqidah Ath-Thohawiyyah bit Ta’liq Al-Albany, h. 25. (ilmway.com)
Abu Yusuf Masruhin Sahal, Lc