Beranda » Arsip Tag:Al-Qur’an

Arsip Tag:Al-Qur’an

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN

RAMADHAN BULAN AL QUR’AN

 

Allah telah memilih bulan ramadhan untuk menurunkan kitab suci Nya. Bahkan seluruh kitab samawi seperti taurat , injil dan Zabur diturunkan dari langit pada bulan Ramadhan. Sungguh alangkah mulianya bulan yang penuh berkah ini, maka berbahagialah orang yang berjumpa dengan bulan Ramadhan.

Allah Ta’ala berfirman :

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيَ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)“. (QS Al Baqarah : 185)

Allah Ta’ala juga berfirman :

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan”. (QS Al Qadr : 1).

Allah Ta’ala berfirman :

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ

Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan”. (QS Ad Dukhan : 3).

Watsilah bin Al Asqa’ radhiyallahu anhu meriwayatkan dari Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda :

أُنْزِلَتْ صُحُفُ إِبْرَاهِيمَ فِيْ أَوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ، وَأُنْزِلَتِ التَّوْرَاةُ لِسِتٍّ مَضَيْنَ مِنْ رَمَضَانَ وَالْإِنْجِيلُ لِثَلَاثَ عَشْرَةَ خَلَتْ مِنْ رَمَضَانَ، وَأُنْزِلَ الْقُرْآنُ لِأَرْبَعٍ وَعِشْرِيْنَ خَلَتْ مِنْ رَمَضَانَ

Suhuf Ibrahim diturunkan pada malam pertama dibulan Ramadhan, sedangkan Taurat pada hari ke enam di bulan Ramadhan, adapun injil pada hari ke tiga belas berlalu dari bulan Ramadhan, dan diturunkan Al Qur’an pada hari ke dua puluh empat berlalu dari bulan Ramadhan”. (HR Ahmad, 4/107: 16984).

Al Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata : “Allah Ta’ala memuji bulan Ramadhan dari bulan-bulan lainnya, Dia telah memilihnya diantara semua bulan sebagai bulan yang padanya diturunkan Al Qur’an yang agung. Sebagaimana Allah Ta’ala telah mengkhususkan seperti terdapat dalam Hadits Bahwasannya Bulan Ramadhan juga padanya diturunkan Kitab-kitab Ilahiyyah kepada para Nabi ‘Alaihimus Salam. Adapun Shuhuf (Ibrahim), Taurat, Injil dan Zabur diturunkan kepada para Nabi secara sekaligus. Sementara Al Qur’an diturunkan secara sekaligus ke Baitul ‘Izzah di Langit Dunia dan itu terjadi di bulan Ramadhan pada malam lailatul Qadar, sebagaimana Firman Allah Ta’ala : “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Qur’an pada malam lailatul Qadar”. Dan Firman Allah Ta’ala : “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Qur’an di malam yang penuh berkah”, Kemudian Al Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam secara bertahap sesuai dengan peristiwa”. (Shahihu Tafsiri Ibni Katsir, Mushthafa Al ‘Adawi 1/210).

Al Imam Ibnu Jarir At Thabari rahimahullah berkata :

Al Qur’an diturunkan dari Lauhil Mahfudz ke langit dunia pada malam lailatul Qadar di Bulan Ramadhan, lalu Allah Ta’ala menurunkannya kepada Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam sesuai dengan yang dikehendaki-Nya”. (Tafsir At Thabari 2/114).

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu anhuma ia berkata :

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ القُرْآنَ، فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ المُرْسَلَةِ

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah manusia paling dermawan, terutama pada bulan Ramadlan ketika malaikat Jibril ‘Alaihissalam mendatanginya, dan Jibril ‘alaihissalam mendatanginya setiap malam bulan Ramadlan dan dia mengajarkan Al Qur’an kepada Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika didatangi Jibril ‘alaihissalam kedermawanannya jauh melebihi daripada angin yang berhembus“. (HR Bukhari : 1902, Muslim : 2308)

Diantara dalil yang menunjukan bulan Ramadhan adalah bulan puasa dan bulan Al Qur’an adalah di gandengkannya puasa dengan Al Qur’an yang akan member syafa’at pada hari kiamat.

Dari Abdullah bin ‘Amer radhiyallahu anhuma, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :

الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، يَقُولُ الصِّيَامُ: أَيْ رَبِّ , مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ , فَشَفِّعْنِي فِيهِ، وَيَقُولُ الْقُرْآنُ: مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ , فَشَفِّعْنِي فِيهِ، قَالَ: فَيُشَفَّعَانِ

Puasa dan Al Qur’an akan member syafa’at kepada seorang hamba pada hari kiamat, Puasa berkata, Wahai Rabb, aku telah mencegahnya dari makan dan syahwat disiang hari, maka berilah syafa’at melaluiku kepadanya, Al Qur’an berkata,Aku telah mencegahnya dari tidurnya di waktu malam, maka berilahsyafa’at melaluiku kepadanya, Maka keduanya pun memberinya syafa’at” (HR Ahmad : 6626, di shahihkan oleh Al Albani pada Shahihul Jaami’ : 3882)

Sungguh para salafus shalih sangat besar perhatian mereka terhadap Al Qur’an khususnya di bulan Ramadhan, bahkan mereka menyibukan diri dengan Al Quran dibandingkan urusan lainnya. Lihatlah bagiamana Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bertadarus Al Quran dengan Malaikat Jibril alaihis salam disetiap malam romadhan. Bahkan didalam riwayat dari Hudzaifah bin Al Yaman radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam shalat malam dengan membaca surat Al Baqarah, lalu disambung dengan surat An Nisa lalu dengan surat Ali Imran. (HR Muslim : 772).

‘Auf bin Malik mengatakan, “Aku pernah bermakmum shalat malam kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, lalu beliau membaca surat Al Baqarah, maka tidaklah beliau melewati ayat ayat rahmat melainkan berhenti lalu memohon rahmat, dan tidaklah beliau melewati ayat ayat adzab melainkan beliau berhenti dan berlindung darinya” (HR Abu Dawud : 873).

Keadaan para salafus shalih berinteraksi bersama Al Qura’an pada bulan Ramadhan :

Imam Ibnu Rojab rahimahullah menggambarkan bagaimana keadaan salafus shalaih bersama Al Qur’an pada bulan Ramadhan, beliau rahimahullah berkata :

[1] Salafus Shalih sibuk dengan Al Qur’an.

وَكَانَ السَّلَفُ يَتْلُوْنَ الْقُرْآنَ فِيْ شَهْرِ رَمَضَانَ فِيْ الصَّلَاةِ وَغَيْرِهَا

Adalah salafus shalih kebiasaan mereka membaca Al Quraan baik didalam shalat ataupun diluar shalat”

[2] Qotadah rahimahullah :

وَكَانَ قَتَادَةُ يَخْتِمُ فِيْ كُلِّ سَبْعٍ دَائِمًا، وَفِيْ رَمَضَانَ فِيْ كُلِّ ثَلَاثٍ، وَفِيْ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ كُلَّ لَيْلَةٍ.

Adalah Qotadah rahimahullah senantiasa dalam kesehariannya mengkhatamkan Al Quran setip tujuh hari , dibulan Ramadhan setiapa tiga hari dan pada saat sepuluh malam yang akhir setiap malam

[3] Az Zuhri rahimahullah.

Beliau rahimahullah apabila masuk bulan Ramadhan mengatakan :

فَإِنَّمَا هُوَ تِلَاوَةُ الْقُرْآنِ وَإِطْعَامُ الطَّعَامِ.

Ramadhan adalah bulan membaca Al Quran dan memberi makan“.

[4] Sufyan As Tasuri rahimahullah.

Abdurazaq rahimahullah berkata :

كَانَ سُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ إِذَا دَخَلَ رَمَضَانَ تَرَكَ جَمِيْعَ الْعِبَادَةِ وَأَقْبَلَ عَلَى قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ

Sufyan Tsauri kalau memasuki bulan Ramadhan beliau meninggalkan semua ibadah dan hanya fokus pada membaca Al Quran

[5] Imam Malik bin Anas rahimahullah :

Ibnu Abdul Hakam rahimahullah berkata :

كَانَ مَالِكٌ إِذَا دَخَلَ رَمَضَانَ يَفِرُّ مِنْ قِرَاَءةِ الْحَدِيْثِ، وَمُجَالَسَةِ أَهْلِ الْعِلْمِ، وَأَقْبَلَ عَلَى تِلَاوَةِ الْقُرْآنِ مِنَ الْمُصْحَفِ.

Adalah Malik rahimahullah apabila masuk bulan Ramadhan beliau meninggalkan majlis membaca haditsnya, dan majlis ilmunya, beliau fokus kepada membaca Al Quran dari mushaf

[6] Zubaid Al Yami rahimahullah :

Sufyan As Tsauri rahimahullah berkata :

كَانَ زُبَيْدُ اَلْيَامِيُّ إِذَا حَضَرَ رَمَضَانُ أَحْضَرَ المَصَاحِفَ وَجَمع إِلَيْهِ أَصْحَابُهُ

Adalah Zubaid Al Yami apabila masuk bulan Ramadhan beliau keluarkan mushaf dan para sahabatnya berkumpul kepadanya

[7] Imam As Syafi’i rahimahullah :

Ar Rabi’ bin Sulaiman rahimahullah berkata :

كَانَ لِلشَّافِعِيِّ فِي كُلِّ شَهْرٍ ثَلَاثُونَ خَتْمَةً وَفِي شَهْرِ رَمَضَانَ سِتُّونَ خَتْمَةً سِوَى مَا يَقْرَأُ فِي الصَّلَاةِ. وعن أبي حنيفة نحوه

Imam Syafi’I rahimahullah setiap bulan terbiasa mengkhatamkan Al Qur’an 30 kali, dan pada bulan Ramadhan mengkhatamkan Al Qur’an sebanyak 60 kali selain yang di baca didalam shalat, demikian juga ada riwayat dari Imam Abu Hanifah yang serupa

[8] Imam Az Zuhri rahimahullah :

وكان الزهري إذا دخل شهر رمضان يفر من قراءة الحديث ومن مجالسة أهل العلم ويُقبل على تلاوة القرآن من المصحف

Az Zuhri rahimahullah kalau masuk bulan Romadhan beliau meninggalakan membaca hadits (mengkaji hadits), dan meninggalkan majlis para ahli ilmu, beliau fokus dengan membaca Al Qur’an dari mushaf

Demikianlah keadaan interaksi salafus shalih dengan al Qur’an dibulan ramadhan, mereka sudah terbiasa membaca al Qur’an dari mushaf mushaf mereka pada hari hari biasa, dan tentunya hal ini akan lebih ditingkatkan lagi ketika mereka memasuki bulan Ramadhan.

Lalu bagaimana dengan kita ? sudah berapa juz sampai saat ini? Masih ada waktu, jangan putus asa saudaraku, semoga Allah memudahkan kita. Wallahu waliyut Taufiq

 

Ustadz Abu Ghozie As Sundawie

————————

Mau dapat Ilmunya ?
Mau dapat pahalanya ?
Silahkan ikuti link dibawah ini dan jangan lupa tag, mention, like, subscribe, follow serta comment

🌐 Web: https://multaqaduat.com
🎬 Youtube: https://youtube.com/c/MultaqaDuatIndonesia
🐝 Instagram: http://instagram.com/multaqa_duat_indonesia
📫 Telegram: https://t.me/multaqaduat
📮 Twitter: https://twitter.com/MultaqaI?s=08
💻 Facebook: https://www.facebook.com/multaqa2020/

Share yuk!!! Ikhwah!! Semoga kita dan saudara² mendapatkan faidah ilmu dari yang antum bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi antum yang telah menunjukkan kebaikan.

Semoga istiqomah dan mudah-mudahan program MDI ini menjadi pintu Hasanat, Barokah dan Jariyah untuk kita semua. Aamiin…

Jazakumullah khair ala TA’AWUN

Dibawah Naungan Al-Qur’an 

📒 Dibawah naungan Al-Qur’an 

✍️ Al-Qur’an merupakan kitab Allah yang memuat undang-undang dan hukum-hukum Islam. Kitab ini merupakan sumber pedoman manusia di dunia dan akhirat.

Al-Qur’an merupakan sumber kebaikan dan hikmah.
Al-Qur’an adalah panduan kehidupan bagi manusia. Karena itu, tidak ada sa tu pun sisi kehidupan kecuali Al-Qur’an telah memberikan panduan secara lengkap, dari hal yang terkecil hingga yang terbesar. Manusia tinggal mengikuti panduan itu, pasti meraih kesuksesan dan kebahagiaan hidup yang hakiki di dunia dan di akhirat.
Allah berfirman,

طه
مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآَنَ لِتَشْقَى
إِلَّا تَذْكِرَةً لِمَنْ يَخْشَى

Thaha. Tidaklah Kami turunkan Alquran kepadamu untuk memberatkanmu.
Melainkan sebagai pengingat bagi siapa saja yang takut (kepada Allah).” (Thaha: 1–3)

Berkata Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di,

Thaha, Maksud diturunkan Al Qur’an dan ditetapkan syari’at bukanlah agar engkau kesusahan. Al Qur’an dan syariat yang ditetapkan Yang Maha Pengasih adalah agar seseorang memperoleh kebahagiaan dan keberuntungan, Dia memudahkan semua jalan yang menuju ke arah sana dan menjadikannya makanan bagi ruh dan hati, yang jika berhadapan dengan fitrah yang masih selamat dan akal yang sehat niscaya akan menerima dan tunduk kepadanya karena kandungannya yang berisi kebaikan di dunia dan akhirat.

Yakni agar orang yang takut kepada Allah ingat dan sadar, di mana dengan mengingat targhib (dorongan) yang disebutkan di dalamnya ia dapat mencapai harapan yang utama, dan dengan mengingat tarhib (ancaman kerugian dan kesengsaraan) ia dapat menjauhinya, dan ia pun ingat hukum-hukum syar’i secara rinci yang sebelumnya tergambar secara garis besar di akalnya, lalu sesuailah hukum-hukum yang disebutkan secara rinci itu dengan apa yang diperolehnya dalam fitrah dan akalnya. Oleh karena itu, Allah menamai Al Qur’an dengan tadzkirah (pengingat), di mana ia merupakan pengingat hal yang telah ada, hanyasaja kebanyakan manusia lalai darinya.

Namun pengingat ini dikhususkan bagi orang-orang yang takut kepada Allah, karena selain mereka tidak dapat mengambil manfaat darinya, dan bagaimana mungkin orang yang tidak beriman kepada surga dan neraka dapat mengambil manfaat darinya, demikian pula orang yang di hatinya tidak ada rasa takut kepada Allah?
(Taisir Karim Ar-Rahman, Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di)

Hidup di bawah naungan Al-Qur’an adalah kenikmatan yang tidak bisa diketahui kecuali oleh orang yang merasakannya. Kenikmatan hidup di bawah naungan Al-Qur’an itulah yang menyebabkan para Salafus Sholih dan generasi Islam sepanjang masa mampu menikmati hidup di dunia yang sementara ini dengan sangat indah dan bahagia dengan berbagai karya dan peradaban yang menakjubkan.

Al-Qur’an adalah Kalamullah yang sempurna, orisinal dan terjaga hingga hari Kiamat. Al-Qur`an bukan sekedar sesuatu yang tertulis dalam lembaran-lembaran, atau terpampang pada mushaf-mushaf , namun ia telah dipraktekkan secara nyata dan ideal di masa Rasulullah dan dalam kehidupan Salafus Sholeh.

Perilaku keseharian generasi emas didikan Rasulullah sungguh luar biasa.
Hari-hari mereka selalu basah oleh lantunan ayat-ayat-Nya, hati mereka begitu tersentuh, tunduk, hingga menangis karena keagungan firman-firman Allah.

Kebaikan yang ada dalam generasi Salaf betul-betul nampak dengan Al-Qur’an sebagaimana disampaikan oleh Nabi صلى الله عليه وسلم,

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkannya.” (H.R. Al-Bukhari)

Mereka benar-benar sebagai generasi Qur’ani yang hidup dan mati mereka bersama Al-Qur’an dan untuk Al-Qur’an. Mereka melaksanakan perintah Allah,

وَلَـٰكِن كُونُوا۟ رَبَّـٰنِیِّـۧنَ بِمَا كُنتُمۡ تُعَلِّمُونَ ٱلۡكِتَـٰبَ وَبِمَا كُنتُمۡ تَدۡرُسُونَ.

Akan tetapi (dia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.
(Ali ‘Imran: 79)

Terdapat perbedaan yang jauh antara generasi Qur’ani dengan generasi yang belum dibentuk karakternya, pemikirannya dan prilakunya oleh Al-Qur’an.

Generasi Qur’ani adalah generasi terbaik sepanjang zaman. Generasi yang mampu mengintegrasikan antara ucapan, keyakinan dan perbuatan. Hidup dan matinya untuk Islam dan umat Islam. Setiap langkah hidupnya didasari Al-Qur’an. Apa yang diperintah Al-Qur’an mereka kerjakan dan apa saja yang dilarang Al-Qur’an mereka tinggalkan.

Al-Qur’an itu telah memuliakan orang-orang yang tadinya hina seperti yang terjadi pada generasi Sahabat dan seterusnya. Al-Qur’an itu telah meninggikan derajat orang-orang yang tadinya budak dan hamba sahaya seperti yang dialami oleh Bilal Bin Rabah dan sebagainya.
Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda,

إن اللَّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ

Sesungguhnya Allah mengangkat derajat seseorang dengan kitab ini (Al Qur’an) dan merendahkan yang lain dengan kitab ini.“ (HR. Muslim, 817)

Al-Qur’an itu telah memerdekakan orang-orang yang tadinya terjajah oleh penguasa zhalim dan para pengusaha curang seperti yang dialami oleh kaum Muslimin Makah dan sebagainya. Al-Qur’an itu telah berhasil membawa manusia yang tadinya hidup tersesat kepada jalan hidup yang lurus, yang penuh berkah seperti yang dialami oleh kalangan Muhajirin, Anshor dan generasi berikutnya.

Wallahu a’lam

🍃 Abu Yusuf Masruhin Sahal, Lc ✏️📚✒️.📒..