Beranda » Arsip Tag:صلى الله عليه وسلم

Arsip Tag:صلى الله عليه وسلم

Bukti ketaatan kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم 

Bukti ketaatan kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم 

✍️ Mentaati Rasulullah صلى الله عليه وسلم merupakan bukti kecintaan kepada Allah.
Allah berfirman,

قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِی یُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَیَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورࣱ رَّحِیمࣱ

Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
[Surat Ali ‘Imran: 31]

Berkata Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar,

  • Barangsiapa yang mencitai Allah dengan sebenar-benarnya cinta, maka hendaklah ia dengan hatinya mencintai apa yang Allah cintai dan rasul-Nya, dan membenci apa yang dibenci oleh Allah dan rasul-Nya, tetapi jika ia melakukan suatu perbuatan yang menyalahi kecintaan Allah, maka sesunguhnya hal itu menandakan kurangnya cinta dalam dirinya, maka hendaklah ia bertaubat kepada Allah dan kembali menyempurnakan cintanya.
  • Dalam penjelasan kriteria kecintaan dan kepatuhan seseorang kepada Nabi, hendaklah ia tidak melebihkan kecintaannya itu dengan amalan apapun yang belum disyari’atkan oleh beliau, seperti perbuatan bid’ah dengan maksud mencintai beliau, dan merupakan perkara yang lebih berbahaya ketika ia menyampaikan kebid’ahannya itu kepada orang lain dan megatakan : barangsiapa yang tidak mengikuti amalan ini maka cintanya kepada Nabi telah berkurang.
  • Pada firman Allah : { قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي } disebutkan dengan lafazh ittiba’ yang manandakan akan kedekatan; karena salah satu dampak dari cinta seseorang terhadap orang lain adalah terwujudnya kedekatan diantara keduanya, dan kecintaan seseorang kepada Allah selalu bergantung kepada ittiba’ setiap hamba kepada Rasulullah. (Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir, Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar)

Mentaati Rasulullah juga merupakan konsekwensi langsung dari pernyataan syahadat

Wa Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah“.
Berkata Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab رحمه الله :

١. طَاعَتُهُ فِيمَا أَمَرَ
٢. وَتَصْدِيقُهُ فِيمَا أَخْبَرَ
٣. واجْتِنَابُ مَا نَهَى عَنْهُ وَزَجَرَ
٤. وأَلا يُعْبَدَ اللهُ إِلا بِمَا شَرَعَ

Makna dari syahadat “Muhammad adalah utusan Allah” adalah :

  1. Menaati apa yang diperintahkannya.
  2. Membenarkan berita yang dikabarkannya.
  3. Menjauhi apa yang beliau larang.
  4. Tidak menyembah Allah kecuali dengan syari’at yang dibawanya.(Al-Utsul Ats-Tsalatsah,Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab

Dalam ayat yang lain Allah memerintahkan kaum muslimin untuk menerima semua yang datang dari Rasulullah baik perintah atau larangannya. Allah berfirman:

وما ءاتـكم الرسول فخذوه وما نهـكم عنه فانتهوا

“Apa saja yang diberikan oleh Rasul kepada kalian, maka ambillah. Dan apa saja yang dilarangnya, maka tinggalkanlah.”

Imam Ibn Katsir رحمه الله, menjelaskan makna ayat ini adalah:

مهما أمركم به فافعلوه ، ومهما نهاكم عنه فاجتنبوه ، فإنه إنما يأمر بخير وإنما ينهى عن شر

Jika Rasul memerintahkan sesuatu, maka lakukanlah, dan jika Rasul melarang kalian dari sesuatu, maka jauhilah. Sesungguhnya Rasul hanya memerintahkan kepada yang baik, dan melarang dari sesuatu yang buruk.”
(Tafsir Al-Qur’an Al-Adhim, Ibnu Katsir)

Rasulullah juga memerintahkan ummatnya untuk mengambil semua syariat itu darinya, sebagaimana diriwayatkan Abu Huroiroh رَضِيَ اللهُ عَنْهُ berkata,

سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوْهُ، وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِيْنَ مَنْ قَبْلَكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ وَاخْتِلاَفُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ . [رواه البخاري ومسلم

Saya mendengar Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda : Apa yang aku larang hendaklah kalian menghindarinya dan apa yang aku perintahkan maka hendaklah kalian laksanakan semampu kalian. Sesungguhnya kehancuran orang-orang sebelum kalian adalah karena banyaknya pertanyaan mereka (yang tidak berguna) dan penentangan mereka terhadap nabi-nabi mereka.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Faedah dari hadits,

  1. Wajibnya menghindari semua apa yang dilarang oleh Rasulullah.
  2. Siapa yang tidak mampu melakukan perbuatan yang diperintahkan secara keseluruhan dan dia hanya mampu sebagiannya saja maka dia hendaknya melaksanakan apa yang dia mampu laksanakan.
  3. Allah tidak akan membebankan kepada seseorang kecuali sesuai dengan kadar kemampuannya.
  4. Perkara yang mudah tidak gugur karena perkara yang sulit.
  5. Menolak keburukan lebih diutamakan dari mendatangkan kemaslahatan.
  6. Larangan untuk saling bertikai dan anjuran untuk bersatu dan bersepakat.
  7. Wajib mengikuti Rasulullah, ta’at dan menempuh jalan keselamatan dan kesuksesan.
  8. Al Hafiz Ibnu Hajar berkata : Dalam hadits ini terdapat isyarat untuk menyibukkan diri dengan perkara yang lebih penting yang dibutuhkan saat itu ketimbang perkara yang saat tersebut belum dibutuhkan.

(Dinukil dari Mausu’ah Arba’in An-Nawawy)

Wallahu a’lam

🍃Abu Yusuf Masruhin Sahal, Lc✏️📚✒️