Allah tidaklah menciptakan manusia dengan sia-sia dan tidak pula membiarkan amalan mereka tidak berguna.
Tidak sebagaimana anggapan sebagian orang yang terlena dengan fitnah dunia. Allah berfirman :
أَيَحْسَبُ الْإِنسَانُ أَن يُتْرَكَ سُدًى
“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan sia-sia begitu saja?“ [Al Qiyamah:36].
Berkata Syaikh Abdurrahman As Sa’di رحمه الله,
(Manusia mengira) tidak diperintah dan tidak dilarang, tidak diberi pahala dan tidak disiksa. Ini merupakan persangkaan yang batil dan menyangka bahwa Allah tidak (mencipta) sesuai dengan hikmah. (Taisir Karimir Rahman, Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di)
Akan tetapi Allah menciptakan mereka demi sebuah tujuan yang agung.
وَمَا خَلَقْتُ الْـجِنَّ وَالإنسَ إلاَّ لِيَعْبُدُونِ.
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembahku” [Adz-dzariyat: 56]
Dan Allah lebih mengutamakan para hamba-Nya yang mewujudkan kewajiban ibadah ini dengan menganugrahkan mereka sebuah kelezatan dan kebahagiaan dalam ibadah yang tidak bisa ditandingi oleh semua kelezatan dunia yang fana. Kelezatan ini berbeda-beda kapasitasnya diantara para hamba sesuai dengan tingkat kuat atau lemahnya iman mereka.
مَنْ عَمِلَ صَالِـحاً مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ.
“Barangsiapa yang mengerjakan kebajikan baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. “ [An Nahl 97]
Rasa ketenangan dan kebahagiaan ini tidaklah mungkin didapat kecuali dengan hanya mengikhlaskan ibadah kepada Allah semata, memurnikan rasa ketergantungan dengan-Nya dan konsisten dengan dzikir terhadap-Nya.
Dan sikap menyerahkan diri kepada Allah, bertaubat kepadaNya, perasaan ridha dengan takdir dan Dzat-Nya, penuhnya hati dengan kecintaan dan seringnya lisan berdzikir terhadap-Nya, serta perasaan bahagia dan gembira karena mengenal-Nya, semuanya merupakan ganjaran yang disegerakan ,suatu surga dan kehidupan yang hakiki bagi seorang muslim didunia yang sama sekali tidak bisa ditandingi oleh gemerlapnya kehidupan para raja. (Al-Fawaid, Ibnul Qayyim)
Adapun seorang hamba yang berpaling dari petunjuk Allah dan Sunnah Rasul-nya, maka ia akan hidup dalam kehidupan yang penuh kejenuhan dan kesengsaraan.
Ada beberapa hal yang akan menjadikan terasa semakin sempurna nikmatnya beribadah kepada Allah, jika hal itu dilakukan oleh seorang mukmin, sebagaimana yang dinasehatkan oleh Amirul Mukminin Utsman bin Affan رضي الله عنه.
قال عثمان ابن عفان رضي الله عنه:
وجدت حلاوة العبادة في أربعة أشياء؛ أولها في أداء فرائض الله والثاني في اجتناب محارم الله والثالث في الأمر بالمعروف ابتغاء ثواب الله والرابع في النهي عن المنكر اتقاء غضب الله.
إرشاد العباد للاستعداد ليوم المعاد، لعبد العزيز المحمد السلمان : ص، ٩١. (alghad.com)
Berkata Amirul Mukminin Utsman bin Affan رضي الله عنه,
Aku mendapati manisnya ibadah itu dalam empat perkara:
Yang pertama adalah menjalankan hal yang difardukan Allah, yang kedua menjauhi perkara yang diharamkan oleh Allah, yang ketiga mengajak kepada yang ma’ruf (kebaikan) dengan mengharapkan pahala dari Allah, dan yang keempat mencegah dari kemungkaran dalam rangka menjaga dari kemurkaan Allah.
Irsyadul Ibad Listi’dadi Liyaumil Ma’ad, Abdul Aziz Al-Muhammad As-Salman, h, 91. (alghad.com)
Abu Yusuf Masruhin Sahal, Lc