Beranda » Artikel » JANGAN SAMPAI DIPUJI OLEH IBLIS, “KAMULAH YANG TERBAIK”

JANGAN SAMPAI DIPUJI OLEH IBLIS, “KAMULAH YANG TERBAIK”

JANGAN SAMPAI DIPUJI OLEH IBLIS, “KAMULAH YANG TERBAIK”

 

Barakallahu fikum, Pekerjaan sebagai wartawan (SANG PENUKIL KABAR), anda dibayar untuk menyampaikan berita, bahkan membuat berita. Bisa jadi apa yang anda sampaikan akan menyebabkan anda menanggung resiko yang sangat fatal kelak di yaumil hisab, simaklah berikut penjelasannya:

Beranjak dari penjelasan al-Qur’an:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًاۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ

Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu. (QS. Al-Hujurat : 6)

Dan hadits Nabi ﷺ:

كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

Cukuplah seseorang (dianggap) berbohong apabila dia menceritakan semua yang dia dengarkan.” (HR .Muslim dalam Muqaddimah nya 5, Abu Dawud no. 4992)

Dari dua dasar diatas kita telaah sebagai berikut:

PERTAMA :

Sebagaimana yang telah dimaklumi bersama, bahwa informasi yang tidak sesuai realita termasuk perbuatan tercela bahkan dosa besar. Apalagi ketika informasi itu tersebar ke semua penjuru melalui media.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menceritakan beberapa kejadian luar biasa dalam mimpinya.
Salah satunya beliau melihat ada orang yang mulutnya disobek ke samping kanan dan kiri hingga ke tengkuk, demikian pula hidungnya dirobek ke atas hingga ke tengkuk. Ketika beliau bertanya kepada malaikat yang mendampingi beliau, mereka menjawab,

فَإِنَّهُ الرَّجُلُ يَغْدُو مِنْ بَيْتِهِ فَيَكْذِبُ الْكَذْبَةَ تَبْلُغُ الآفَاقَ

Itu adalah orang yang berangkat dari rumahnya lalu menyebarkan kedustaan hingga menyebar ke ufuq (seluruh penjuru dunia). (HR. al-Bukhari no. 7047 dan Ahmad no. 20094)

Hadits ini berlaku bagi siapapun, terutama yang paling berkepentingan adalah mereka yang berprofesi menyebarkan berita dan informasi alias wartawan. Karena itu, jika ada nara sumber yang menghendaki dilakukan penyimpangan kebenaran, tentu saja tidak boleh dilayani. Karena kita dilarang untuk saling tolong menolong dalam maksiat. Dan terlebih yang menyebarkan berita adalah media milik orang kafir, maka lihatlah apa yang akan terjadi ketika seorang muslim diadu dengan muslim lainnya, saling bunuh membunuh hanya karena nukilan berita yang tidak benar. Allahul Musta’an.

Hanya saja, ada 2 hal yang perlu dibedakan:

a. Menyampaikan sesuatu yang tidak sesuai realita

b. Tidak menyampaikan sesuatu yang sesuai realita
Nomor 1 statusnya dusta, sementara nomor 2 bukan dusta. Karena diam saja, tidak bisa dinilai dusta maupun tidak. Ada kaidah yang dinisbahkan kepada Imam as-Syafi’i rahimahullah (wafat 204 H),

لا يُنْسَبُ إِلَى سَاكِتٍ قَوْلٌ

Orang yang diam tidak bisa disebut bicara.” (Lihat al-Wadhih fi Ushulil Fiqh hal 5/201)

Artinya, tidak menyampaikan apapun, tidak bisa dinilai dusta atau tidak dusta. Jujur atau tidak jujur. Karena diam saja. Kecuali dalam kondisi tertentu, dimana diam dianggap sama seperti pernyataan. Terutama untuk kasus di peradilan.

Dari keterangan diatas, diharapkan kita jangan sampai menjadi orang yang gampang menakwilkan bahkan menganggap orang yang diam itu telah menyampaikan suatu berita. Berapa banyak wartawan aka penukil berita dari orang yang asalnya hanya diam kemudian dianggap dia telah berpendapat sesuai yang diinginkan oleh sang wartawan untuk menjadikan berita yang dinukilnya menjadi laku keras bak kacang atom. Allahul Musta’an.

KEDUA :

Pekerjaan sebagai penyebar warta AKA wartawan AKA reporter termasuk profesi yang tidak dibarokahi menurut agama Islam.
Di masa sahabat, profesi ini kebanyakan dilakukan oleh orang yang imannya lemah. Termasuk orang-orang munafiq lagi fasiq. Karena melalui berita, mereka bisa mengacaukan suasana kota madinah.
Perhatikan nash berikut: Allah berfirman,

وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ

Apabila datang kepada mereka suatu berita yang menyangkut tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyebarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka..” (QS. an-Nisa: 83)

Artinya, andaikan mereka tidak langsung menyebarkan berita itu, namun dikosultasikan dulu ke ulama atau pemerintah, tentu suasana di masyarakat akan lebih bisa dikondisikan.

Di ayat lainnya, Allah memberikan ancaman keras,

لَئِنْ لَمْ يَنْتَهِ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْمُرْجِفُونَ فِي الْمَدِينَةِ لَنُغْرِيَنَّكَ بِهِمْ ثُمَّ لَا يُجَاوِرُونَكَ فِيهَا إِلَّا قَلِيلًا

Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafik, orang- orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar yang membuat gempar di Madinah, niscaya Kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka, kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di Madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar. (QS. al-Ahzab : 60).

Ayat-ayat ini memberikan pelajaran, tidak semua berita layak untuk disebarkan. Apalagi ketika berpotensi menimbulkan keresahan di masyarakat. Sang penyebar berita yang meresahkan tersebut disebut dalam al-Qur’an sebagai “al-Murjifuun.” Termasuk ketegangan antara rakyat dengan pemerintah. Dan saya kira, ini sudah menjadi kode etik jurnalistik. Namun terkadang dengan alasan dan dalih UANG dan UPETI maka pekerjaan Al-Murjifuun itupun tetap dilakukan.

KETIGA :

Hampir semua profesi dan sumber pendapatan tidak lepas dari masalah. Terlebih ketika semakin jauh dari zaman kenabian dan masuknya pengaruh “rakus dunia” pada zaman millinial ini.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يُبَالِى الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ ، أَمِنْ حَلاَلٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ

Sungguh akan datang satu zaman di tengah manusia, seseorang tidak lagi peduli dengan harta yang dia ambil, apakah dari harta halal ataukah dari harta haram.” (HR. Ahmad no. 9838 & al-Bukhari no. 2083)

Kalau sudah berurusan dengan pekerjaan, umumnya orang sulit untuk diajak peduli terhadap masalah halal haram. Karena biasanya penolakan kepada dalil itu landasannya adalah hawa nafsu. Dalil-dalil sudah jelas tidak ada yang salah namun hati manusia masih sulit untuk menerimanya karena hawa nafsu cinta dunia mengajak untuk tidak menggubris dalil dalil yang shohih tersebut.
Penjelasan di atas bukan mengarahkan Anda untuk serta merta meninggalkan profesi wartawan.
Namun setidaknya dengan memahami pertimbangan di atas, kita bisa memahami potensi resikonya. Sehingga perlu kehati-hatian, agar tidak menjadi sumber masalah di akhirat.
Untuk itu, sekiranya potensi di atas bisa diminalisir, dan Anda bisa memberikan pengaruh baik terhadap lingkungan kerja maupun masyarakat pada umumnya, tidak salah jika profesi ini tetap dipertahankan.

Dan sebagai saran, Anda bisa lebih banyak fokus pada berita yang bermuatan edukasi, seperti sains, teknologi, peluang bisnis, dokumentasi, dan semacamnya. Saya yakin Anda lebih paham dalam urusan ini.

KEEMPAT :

Tidak ada orang yang suka berada dalam perselisihan, percekcokan dan persengketaan karena sangat menguras energi dan mencabik-cabik ketenangan jiwa. Dan itupun jika belum selesai akan dilanjut di akhirat. Apalagi kalau penyebabnya adalah berita yang diusung oleh media orang kafir yang ingin menggulingkan kedamaian dan persatuan diantara kaum muslimin, maka hati-hatilah jangan sampai menjadi antek-antek orang kafir untuk mencederai saudara sesama muslim.

Camkanlah firman Allah Ta’ala:

اِنَّمَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ قَاتَلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَاَخْرَجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوْا عَلٰٓى اِخْرَاجِكُمْ اَنْ تَوَلَّوْهُمْۚ وَمَنْ يَّتَوَلَّهُمْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ

Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan mereka sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu dalam urusan agama dan mengusir kamu dari kampung halamanmu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Mumtahanah : 9)

KELIMA :

Bahaya dari menjadi AGEN PEMICU PERANG SESAMA MUSLIM.

Provokasi antara sesama Muslim atau tahrisy adalah perbuatan setan.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إِنَّ الشَّيْطَانَ قد أَيِسَ أَنْ يَعْبُدَهُ الْمُصَلُّونَ في جَزِيرَةِ الْعَرَبِ، وَلَكِنْ في التَّحْرِيشِ بَيْنَهُمْ

Sesungguhnya setan telah putus asa membuat orang-orang yang shalat menyembahnya di Jazirah Arab. Namun setan masih bisa melakukan tahrisy (provokasi/adu domba) di antara mereka(HR. Muslim no. 2812).

Beliau Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:

إنَّ إبْلِيسَ يَضَعُ عَرْشَهُ عَلَى الـمَاءِ، ثُمَّ يَبْعَثُ سَرايَاهُ، فَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَنْزِلَةً أعْظَمُهُمْ فِتْنَةً، يَجِيءُ أحَدُهُمْ فيَقولُ: فَعَلْتُ كَذا وكَذا، فيَقولُ: ما صَنَعْتَ شيئًا، قالَ ثُمَّ يَجِيءُ أحَدُهُمْ فيَقولُ: مَا تَرَكْتُهُ حتّى فَرَّقْتُ بيْنَهُ وبيْنَ امْرَأَتِهِ، قالَ: فيُدْنِيهِ مِنْهُ وَيَقُوْلُ: نِعْمَ أنْتَ

Sesungguhnya iblis meletakkan singgasananya di atas air. Kemudian ia mengutus para tentaranya. Tentara iblis yang paling bawah adalah yang paling besar fitnah (kerusakan) nya. Salah satu tentara iblis berkata: saya telah melakukan ini dan itu. Maka iblis mengatakan: kamu belum melakukan apa-apa. Kemudian tentara iblis yang lain datang dan berkata: Aku tidak meninggalkan seseorang kecuali setelah ia berpisah dengan istrinya. Maka tentara iblis ini pun didekatkan kepada iblis. Lalu iblis berkata: kamulah yang terbaik,” (HR. Muslim no. 2813).

Imam Adz Dzahabi rahimahullah (wafat tahun 748 H) mengatakan tentang definisi AN NAMIMAH:

النَّمَّامُ هُوَ الَّذِي يَنْقُلُ الحَدِيْثَ بَيْنَ النَّاسِ وَبَيْنَ اثْنَيْنِ بِمَا يُؤْذِي أَحَدَهُمَا أَوْ يُوَحِّشُ قَلْبه عَلَى صَاحِبِهِ أَو صَدِيْقِهِ بِأَنْ يَقُوْلَ لَهُ قَالَ عَنْك َفُلَانٌ كَذَا وَكَذَا وَفَعَلَ كَذَا وَكَذَا

Nammam (tukang namimah) adalah orang yang suka menukil perkataan dari satu orang ke orang lain atau antara dua orang untuk menimbulkan gangguan pada salah satunya, atau memprovokasi salah satu dari mereka terhadap yang lain atau terhadap temannya. Yaitu dengan mengatakan: ‘si Fulan mengatakan tentang kamu demikian dan demikian‘” (Lihat Al Kabair hal 211).

Dan namimah ini merupakan dosa besar. Allah Ta’ala berfirman:

وَلَا تُطِعْ كُلَّ حَلَّافٍ مَّهِيْنٍۙ هَمَّازٍ مَّشَّاۤءٍۢ بِنَمِيْمٍۙ

Dan janganlah engkau patuhi setiap orang yang suka bersumpah dan suka menghina, suka mencela, yang kian ke mari menyebarkan fitnah (namimah)(QS. Al-Qalam : 10-11).

Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ نَمَّامٌ

Tidak masuk surga tukang namimah (adu domba)(HR. Muslim no. 105).

Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam pernah mendengar rintihan orang yang disiksa dalam kuburnya, beliau bersabda:

فَقالَ: يُعَذَّبانِ، وما يُعَذَّبانِ في كَبِيرٍ، وإنَّه لَكَبِيرٌ، كانَ أحَدُهُما لا يَسْتَتِرُ مِنَ البَوْلِ، وكانَ الآخَرُ يَمْشِي بالنَّمِيمَةِ

Dua orang ini sedang diadzab dalam kubur. Dan mereka tidak diadzab karena sesuatu yang mereka anggap besar, namun besar (di sisi Allah). Yang pertama di adzab karena tidak menutupi auratnya ketika buang air kecil, yang kedua diadzab karena melakukan namimah(HR. Al-Bukhari no. 216 dari Shahabat Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma).

Semoga Allah menjauhkan kita dari pekerjaan dan hobi Namimah. Semoga Allah melindungi kita dari godaan syaitan begitu pula dijauhkan dari pujian Iblis kepada kita agar kita merusak dan mencederai saudara sesama Muslim.

▪️ Ustadz Zaki Rakhmawan Abu Usaid

#YangMemintaKepada_AllahAzzaWaJalla_agar_saudara2nya_diberikanHidayah_untuk_menjauhi_sengketa_karena_berita_dariSangWartawan_mediaKuffar.

__⁣⁣_⁣________________________

Multaqa Duat Indonesia – MDI

( Forum Kerja Sama Dakwah Para Da’i Salafy, Ahlu Sunnah wal Jama’ah Se-Indonesia )

🌏 Web: https://multaqaduat.com
📹 Youtube: http://bit.ly/multaqaduat
📺 Instagram: http://bit.ly/igmultaqaduat
📠 Telegram: https://t.me/multaqaduat
🎙️ Twitter: http://bit.ly/twittermultaqaduat
📱 Facebook: www.fb.com/multaqaduat⁣⁣⁣⁣⁣
📱 Facebook: www.facebook.com/groups/384944829178650/?ref=share
✉️ Email : TeamMediaMDI2020@gmail.com
☎️ Admin MDI: wa.me/6282297975253⁣⁣

Semoga istiqamah dan mudah mudahan program ini  menjadi pintu Hasanat, Barokah dan Jariyah untuk kita semua. Amiiin

Jazakallah khair ala TA’AWUN

__⁣⁣_⁣_____

📦 Infaq Donasi Program Kaderisasi, Da’i Pedalaman, Kemanusiaan, Dakwah, Media:

🔹 Bank Mandiri Syariah, No Rek 711-615-0578 (Kode Bank: 451), Atas Nama: Multaqa Du’at

Konfirmasi Transfer melalui Whatsapp/SMS dengat format:

Nama_Alamat_Nominal_Kaderisasi Da’i

Contoh:

Ahmad_Medan_Rp. 2.000.000_Kaderisasi Da’i

Kirim ke nomor:

📱 082297975253

Ust. Amrullah Akadhinta (Bendahara MDI)

User Rating: Be the first one !

Tentang Abu Syifa

Periksa Juga

MENJADI DAI YANG SPESIAL (MUMAYYIZ)

MENJADI DAI YANG SPESIAL (MUMAYYIZ) Asy Syeikh Dr. Utsman Al Kamis hafizhahullah Kalian para dai …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *